Di Balik Layar

Hidup berpindah dari satu fase ke fase berikutnya. Dari semua fase yang sudah terjadi, sepertinya sekarang adalah fase yang beratnya seperti menhir pada zaman Megalitikum. Tidur yang harusnya cukup menjadi kurang karena banyak hal berlarian dalam kepala padahal mestinya rehat. Sepertinya semua orang yang lebih tua pernah melewati fase ini ya. Apa saja kegiatan yang mereka lakukan sampai mereka bertahan hingga sekarang? Gambaran seperti inikah semuanya? Bagi yang tidak berhasil di titik mana mereka berada di momen terakhirnya? Kepala yang sedang kosong ini perlu diisi dengan pelajaran dari orang-orang yang lebih tua yang telah mengupayakan perjuangan hidup mereka. Media daring langganan terakhir memperbarui kontennya pada bulan Juni lalu, apa mereka menyerah? Oh, the struggle is real. Apa yang terjadi di belakang panggung tidak pernah dimunculkan pada khalayak, karena untuk apa juga mereka diberi tahu? Nanti saja jika sudah rilis, begitu kata para sineas. Setelah rilis barulah di balik ...

Kembali ke Dalam Diri

Jordan B. Peterson pernah bilang "Kita hanya bisa memahami apa yang kita yakini setelah mengamati diri sendiri. Tanpa melakukan itu, kita tidak mungkin tahu apa yang sebenarnya kita yakini. Diri kita terlalu rumit untuk dimengerti." 

Memang serumit itu untuk mengenal diri sendiri. Semakin dewasa, kita semakin paham (harusnya) dengan kemauan diri sendiri. Pengalaman hidup seperti merasakan kebahagiaan, kekecewaan, kesenangan, kesedihan, kemarahan, keterpurukan, kebersinaran, kebanggaan, dan semua yang bisa membuat kita puas mengenyam asam garam kehidupan, membentuk siapa kita secara mantap. Namun apakah kita sudah benar-benar mengenal diri sendiri? 

Untuk apa kita kembali ke dalam diri sendiri?
Untuk menjadi kuat. Di semua situasi. 

Kita sering memandang hidup ini terlalu kompleks. Tekanan dari segala arah datang bertubi-tubi sehingga merasa butuh waktu lebih dari 24 jam sehari untuk menghadapinya. Merasa ini harus dibenerin, itu harus dibenahi, dan harus dalam waktu yang bersamaan. Nah, alih-alih tenang, malah yang tersisa cuman capek dan tenaga habis, dan justru tidak semuanya jadi selesai. Ditambah pikiran kalut dan hati jadi terasa sempit. Pernah begitu? Saya pernah dan sering. Rasanya badan dan pikiran sedang tidak berada di satu tubuh yang sama.

Jalan keluar dari sempit hati dan pikiran kalut adalah menyadari napas. Kenapa napas? Karena dengan menyadari napas, kita secara otomatis mengingat kalau kita masih diberikan hidup dan everything is gonna be alright. Semuanya akan selesai kok kalau kita tidak lupa cara bagaimana bernapas. I mean it. Akan selesai dengan cara yang indah ketika dihadapi dengan kesadaran penuh dan hadir utuh (tetap memakai kalimat andalan dari mas Adjie Santosoputro)

Menyadari napas akan membuka pintu kembali ke dalam diri sendiri. Kalau seseorang benar-benar sudah kembali ke dalam dirinya sendiri, ia tidak akan gentar dengan semua pelajaran hidup yang dianggap rumit. Risiko gagal pun akan diterima dengan hati ikhlas karena di awal sudah diatur di pikiran tentang semuanya akan baik-baik saja, benar kan?! Justru dengan kembali ke dalam diri, seseorang akan mampu membuat siasat terbaik dalam menambah pengalaman baru.

Bagaimana jika masih merasa sulit untuk kembali ke dalam diri? Sudah mencoba bernapas dengan pelan, belum? Sekalian ngobrol dengan diri sendiri. Ngobrolin apa sama diri sendiri? Apa saja. Mungkin bisa dimulai dengan berterima kasih karena sudah bisa bertahan sampai detik ini. Bisa juga bersyukur karena sedang bersedih atau terpuruk. Karena pelajaran lebih tentang kehidupan tersedia ketika kita sedang bersedih atau terpuruk. Tidak usah dilawan perasaan sedih atau terpuruk itu. Cukup dengan fokus bernapas pelan, lalu pintu ke dalam diri akan terbuka. Di momen itulah kita bisa berbicara dengan diri kita sendiri. Saat itu juga kita mantap dengan apa yang kita yakini.

Kita semua harus berani kembali ke dalam diri sendiri. Luangkan waktu sebentar untuk fokus menyadari napas, berbicara dengan diri sendiri. Pikiran dan hati akan tenang, dan hidup tidak akan serumit yang dibayangkan. Everything is gonna be alright, no? 

Komentar

  1. Betulll

    Pokoknya ketika masalah datang, yang pertama saya lakukan adalah bernapas yang dalam. Karna dengan begitu kita jadi bersikap tenang. Kalo tenang, otak jadi bisa mikir. Jadi bisa mencari solusi dari setiap masalah yang datang.

    BalasHapus
  2. Istilah gehol nya "Me Time" sekali-sekali yes?

    Senangnya diingatkan. Thank's Bang.
    Such a sweet deep post

    BalasHapus
  3. Entah sebentar atau lama menunggunya, semua akan baik-baik saja nanti

    BalasHapus
  4. Kalo me time terus sampe bingung mau ngobrolin apa lagi sama diri sendiri itu gimana?

    BalasHapus

Posting Komentar

silahkan dikomen.... jelek2 jg gpp...
ga marah kok, paling gue jampi2 ntar malamnya...
hahahaha...

Postingan populer dari blog ini

Tentang Malam di Pekan Budaya Sumatera Barat part. I

Nenek Siapa Ini?

Mempertanyakan Hak