Jordan B. Peterson pernah bilang "Kita hanya bisa memahami apa yang kita yakini setelah mengamati diri sendiri. Tanpa melakukan itu, kita tidak mungkin tahu apa yang sebenarnya kita yakini. Diri kita terlalu rumit untuk dimengerti."
Memang serumit itu untuk mengenal diri sendiri. Semakin dewasa, kita semakin paham (harusnya) dengan kemauan diri sendiri. Pengalaman hidup seperti merasakan kebahagiaan, kekecewaan, kesenangan, kesedihan, kemarahan, keterpurukan, kebersinaran, kebanggaan, dan semua yang bisa membuat kita puas mengenyam asam garam kehidupan, membentuk siapa kita secara mantap. Namun apakah kita sudah benar-benar mengenal diri sendiri?
Untuk apa kita kembali ke dalam diri sendiri?
Untuk menjadi kuat. Di semua situasi.
Kita sering memandang hidup ini terlalu kompleks. Tekanan dari segala arah datang bertubi-tubi sehingga merasa butuh waktu lebih dari 24 jam sehari untuk menghadapinya. Merasa ini harus dibenerin, itu harus dibenahi, dan harus dalam waktu yang bersamaan. Nah, alih-alih tenang, malah yang tersisa cuman capek dan tenaga habis, dan justru tidak semuanya jadi selesai. Ditambah pikiran kalut dan hati jadi terasa sempit. Pernah begitu? Saya pernah dan sering. Rasanya badan dan pikiran sedang tidak berada di satu tubuh yang sama.
Jalan keluar dari sempit hati dan pikiran kalut adalah menyadari napas. Kenapa napas? Karena dengan menyadari napas, kita secara otomatis mengingat kalau kita masih diberikan hidup dan
everything is gonna be alright. Semuanya akan selesai kok kalau kita tidak lupa cara bagaimana bernapas.
I mean it. Akan selesai dengan cara yang indah ketika dihadapi dengan kesadaran penuh dan hadir utuh (tetap memakai kalimat andalan dari mas
Adjie Santosoputro)
Menyadari napas akan membuka pintu kembali ke dalam diri sendiri. Kalau seseorang benar-benar sudah kembali ke dalam dirinya sendiri, ia tidak akan gentar dengan semua pelajaran hidup yang dianggap rumit. Risiko gagal pun akan diterima dengan hati ikhlas karena di awal sudah diatur di pikiran tentang semuanya akan baik-baik saja, benar kan?! Justru dengan kembali ke dalam diri, seseorang akan mampu membuat siasat terbaik dalam menambah pengalaman baru.
Bagaimana jika masih merasa sulit untuk kembali ke dalam diri? Sudah mencoba bernapas dengan pelan, belum? Sekalian ngobrol dengan diri sendiri. Ngobrolin apa sama diri sendiri? Apa saja. Mungkin bisa dimulai dengan berterima kasih karena sudah bisa bertahan sampai detik ini. Bisa juga bersyukur karena sedang bersedih atau terpuruk. Karena pelajaran lebih tentang kehidupan tersedia ketika kita sedang bersedih atau terpuruk. Tidak usah dilawan perasaan sedih atau terpuruk itu. Cukup dengan fokus bernapas pelan, lalu pintu ke dalam diri akan terbuka. Di momen itulah kita bisa berbicara dengan diri kita sendiri. Saat itu juga kita mantap dengan apa yang kita yakini.
Kita semua harus berani kembali ke dalam diri sendiri. Luangkan waktu sebentar untuk fokus menyadari napas, berbicara dengan diri sendiri. Pikiran dan hati akan tenang, dan hidup tidak akan serumit yang dibayangkan. Everything is gonna be alright, no?
Betulll
BalasHapusPokoknya ketika masalah datang, yang pertama saya lakukan adalah bernapas yang dalam. Karna dengan begitu kita jadi bersikap tenang. Kalo tenang, otak jadi bisa mikir. Jadi bisa mencari solusi dari setiap masalah yang datang.
Baru ini deh liat lo ngomen kayak orang bener -_-
HapusIstilah gehol nya "Me Time" sekali-sekali yes?
BalasHapusSenangnya diingatkan. Thank's Bang.
Such a sweet deep post
Entah sebentar atau lama menunggunya, semua akan baik-baik saja nanti
BalasHapusKalo me time terus sampe bingung mau ngobrolin apa lagi sama diri sendiri itu gimana?
BalasHapus