Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2016

Mempertanyakan Hak

Apakah boleh seorang manusia rendah mempertanyakan hak yang paling mendasar kepada penguasa ketika kewajibannya sudah lengkap? Meski terkadang tidak semuanya sempurna, tapi yang jelas hampir semuanya selesai sebagaimana adanya. Pertanyaan bodoh, jawabnya. Terserah dia mau kapan memberikan hak itu kepadamu, namanya saja penguasa. Lagi pula belum tentu semua yang dikerjakan diterima. Kamu saja tidak pernah membaca detail apa yang menjadi pantangan & kemestian kan?! Hanya kulit luarnya saja, akui saja apa susahnya?  Benar, aku mengakuinya. Namun aku belum pernah lagi menikmati hal itu sejak lima tahun terakhir, jadi bolehkah? Sang Penguasa sepertinya tertawa datar mendengar pertanyaan bodoh itu lagi. Aku menghembuskan napas berat ke sekian kalinya yang membuatku siuman dan bermenung. Ini memang belum saatnya, ibarat tanggal main yang masih jauh dari kata tulat dan tubin. Apa yang harus dilakukan? Sejatinya tidak ada. Daya upaya sudah, bermohon sudah, tinggal tunggu tanggal mainnya dat

Pertama si Dua Jari

Berdua tahu kalau pernah sama berjalan di setapak kecil. Sebenarnya pertama tidak lagi berbunyi namun selalu terdengar karena kehebatan zaman yang sudah berkembang. Dipertemukan semesta dengan Origami Biru yang dulu memperindah setapak kecil itu. Sekarang dipisah, tetapi terhubung melalui dua logo. Pernah mengajarkan tentang hidup yang sederhana, mengubah sekotak korek api menjadi kapal terbang, menghargai hal kecil, dan banyak lagi. Kini bisa lega karena melihat Pertama berlayar dengan kapal yang megah berwarna merah muda yang layarnya akan selalu terkembang tegap. Jangan takut, tidak akan merusaknya karena melihatnya saja sudah seperti mendapat piala nobel, itu berharga. Jika terbaca, senyumlah karena doa-doa tadi siang menjatuhkan dinding tinggi yang pernah dibangun oleh situasi hitam dulu. Semua bersih sekarang, air-air yang membasuhnya. Berlayarlah menjauh mencari benua impian. Ditolong oleh doa-doa. Amin.

Surat Di Dua Kertas Putih

Dua puluh dan dua puluh lima. Di angka tersebut Surat mendarat di tangan dengan sejumlah doa dan harapan yang mulia dari sang pengirim. Dua Surat jadi penanda bahwa kita tidak remaja dan bisa bertanggung jawab di tahun-tahun ke depan. Tulisan yang serupa dan lipatan yang belum pernah diganti punya tempat tersendiri di folder kulit bajakan. Sesekali membukanya sengaja untuk menyadarkan bahwa dulu kamu diinginkan dan dicinta, maka jangan lupa bersyukur untuk hal itu. Pesan terselip di dua Suratnya punya inti seperti meminta untuk jangan pernah berubah. Jawabnya tidak, tidak akan pernah berubah karena sejak dulu hingga kini, saya tetap orang yang sama. Itu sekilas beritanya. Sampai warna dua kertas putih itu menghitampun, saya tetap saya, seperti yang kalian kenal. Senyuuum...