Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2016

Mempertanyakan Hak

Apakah boleh seorang manusia rendah mempertanyakan hak yang paling mendasar kepada penguasa ketika kewajibannya sudah lengkap? Meski terkadang tidak semuanya sempurna, tapi yang jelas hampir semuanya selesai sebagaimana adanya. Pertanyaan bodoh, jawabnya. Terserah dia mau kapan memberikan hak itu kepadamu, namanya saja penguasa. Lagi pula belum tentu semua yang dikerjakan diterima. Kamu saja tidak pernah membaca detail apa yang menjadi pantangan & kemestian kan?! Hanya kulit luarnya saja, akui saja apa susahnya?  Benar, aku mengakuinya. Namun aku belum pernah lagi menikmati hal itu sejak lima tahun terakhir, jadi bolehkah? Sang Penguasa sepertinya tertawa datar mendengar pertanyaan bodoh itu lagi. Aku menghembuskan napas berat ke sekian kalinya yang membuatku siuman dan bermenung. Ini memang belum saatnya, ibarat tanggal main yang masih jauh dari kata tulat dan tubin. Apa yang harus dilakukan? Sejatinya tidak ada. Daya upaya sudah, bermohon sudah, tinggal tunggu tanggal mainnya dat

Menghargai dan Mencintai

Tidak sedikit orang bertanya pada saya akhir-akhir ini: siapa gandengan/gebetan/pasangan/pacar ( or whatever they call it ) saya sekarang? Tidak sedikit pula orang memberi masukan dan agak sedikit menakut-nakuti saya perihal jodoh. Kelamaan sendiri bisa mengakibatkan gila, kata mereka. Mungkin benar kalau yang mereka maksud adalah hidup sendiri di sebuah ruangan, tanpa ada alat komunikasi, alat elektronik, dan alat lainnya yang menopang kehidupan modern saat ini. Itu baru masuk akal dan memang bisa bikin gila. Namun kalau kondisinya masih berada di sekitar banyak orang, berinteraksi dengan yang lain bisa dilakukan secara langsung atau menggunakan alat, rasanya tidak gampang menjadi gila seperti yang mereka maksud. Anyway , semua orang berhak menetapkan keinginan hati untuk sendiri, berdua, bertiga, berempat, terserah berapa jumlahnya, asalkan mereka (sesuai jumlah tadi) sama-sama bahagia, tidak saling menyakiti dan membohongi diri sendiri. Seperti sekarang, setelah melewati berbagai k

Jangan Lupa(kan)

Jangan pakai tiang tinggi-tinggi kalau tidak ingin kesusahan saat memasang bendera. Jangan mengunyah batu ketika tidak ada lagi roti yang ingin ditelan. Jangan menjemur pakaian ketika langit sudah menghitam sekeliling. Jangan mencampur warna hitam ketika tembok ingin dicat putih. Jangan mengukur waktu ketika selama itu tidak dianggap. Jangan berkata-kata jika tau akan menyakiti. Dulu pengaturan diset menjadi tidak akan berkata jangan, namun semakin ke sini men-jangan-kan diri perlu diberi. Agar bisa terus tersenyum.