Mempertanyakan Hak

Apakah boleh seorang manusia rendah mempertanyakan hak yang paling mendasar kepada penguasa ketika kewajibannya sudah lengkap? Meski terkadang tidak semuanya sempurna, tapi yang jelas hampir semuanya selesai sebagaimana adanya. Pertanyaan bodoh, jawabnya. Terserah dia mau kapan memberikan hak itu kepadamu, namanya saja penguasa. Lagi pula belum tentu semua yang dikerjakan diterima. Kamu saja tidak pernah membaca detail apa yang menjadi pantangan & kemestian kan?! Hanya kulit luarnya saja, akui saja apa susahnya?  Benar, aku mengakuinya. Namun aku belum pernah lagi menikmati hal itu sejak lima tahun terakhir, jadi bolehkah? Sang Penguasa sepertinya tertawa datar mendengar pertanyaan bodoh itu lagi. Aku menghembuskan napas berat ke sekian kalinya yang membuatku siuman dan bermenung. Ini memang belum saatnya, ibarat tanggal main yang masih jauh dari kata tulat dan tubin. Apa yang harus dilakukan? Sejatinya tidak ada. Daya upaya sudah, bermohon sudah, tinggal tunggu tanggal mainnya dat

Terbiasa Karena Bisa.

Butiran peluh perlahan keluar dari pikiran-pikiran busuk, yang menyebabkan rasa tidak senang karena empat belas waktu terulang tidak berisik di relung. Para pembisik sudah mengatakan apa yang mereka khawatirkan, diulangi lagi tanpa jenuh sampai akhirnya berani mengambil risiko. Awal tahun yang mungkin sanggup diprediksi dengan mudah, hanya saja tak menghiraukannya demi kepentingan berdua. Hei, bukan. Ini sendiri, bukan berdua. Sang penyanyi yang kini tidak di sini punya lagu untuk didengarkan, tapi di usia berapa harus menyimak bait demi bait agar merasa seperjuangan? Itu zaman kuno. Bumi dan Matahari tetap berputar, siang dan malam terus berganti. Di sini awal bulan dimulai lagi dan ambil sisi positifnya, karena masih ada sisa minggu yang banyak untuk menyayangi hati kembali. Jangan menyerah, Semesta melindungi dengan caraNya sendiri.

Komentar

  1. Ga bisa mutusin jelek atau tidak karena gaya bahasa nyastra bukan keahlian saja (meski saya lulusan sastra, tapi nilainya jeblog)

    Cuma sedang berkunjung dan berkeliling.

    Siapa tahu ada yang bisa menjadi kenalan dan kemudian teman

    BalasHapus

Posting Komentar

silahkan dikomen.... jelek2 jg gpp...
ga marah kok, paling gue jampi2 ntar malamnya...
hahahaha...

Postingan populer dari blog ini

Tentang Malam di Pekan Budaya Sumatera Barat part. I

Tujuh dan Sembuh

Pengalaman Latsar tapi Tidak Rasa Latsar