Mempertanyakan Hak

Apakah boleh seorang manusia rendah mempertanyakan hak yang paling mendasar kepada penguasa ketika kewajibannya sudah lengkap? Meski terkadang tidak semuanya sempurna, tapi yang jelas hampir semuanya selesai sebagaimana adanya. Pertanyaan bodoh, jawabnya. Terserah dia mau kapan memberikan hak itu kepadamu, namanya saja penguasa. Lagi pula belum tentu semua yang dikerjakan diterima. Kamu saja tidak pernah membaca detail apa yang menjadi pantangan & kemestian kan?! Hanya kulit luarnya saja, akui saja apa susahnya?  Benar, aku mengakuinya. Namun aku belum pernah lagi menikmati hal itu sejak lima tahun terakhir, jadi bolehkah? Sang Penguasa sepertinya tertawa datar mendengar pertanyaan bodoh itu lagi. Aku menghembuskan napas berat ke sekian kalinya yang membuatku siuman dan bermenung. Ini memang belum saatnya, ibarat tanggal main yang masih jauh dari kata tulat dan tubin. Apa yang harus dilakukan? Sejatinya tidak ada. Daya upaya sudah, bermohon sudah, tinggal tunggu tanggal mainnya dat

ط

Lebih kurang dua bulan tidak mengunjungi toko buku Gramedia di daerah Matraman - Jakarta. Biasanya setiap bulan ada keinginan untuk pergi ke sana walau hanya sekedar cuci mata dengan tumpukan buku baru, atau bahkan membeli satu buku baru untuk dibaca di waktu senggang. Tapi dengan jadwal kerja yang sedikit lebih padat daripada biasanya membuat saya tidak sempat main ke sana. Akhirnya saya ke toko buku itu lagi hari Sabtu lalu ketika kepala rasanya butuh refreshing dengan melihat buku-buku baru di rak-rak yang besar. Ada yang punya kesukaan sama dengan saya gini? Hahaha...

Semakin ke sini, saya cenderung lebih senang berlama-lama di deretan koleksi buku self-improvement. Membaca beberapa sinopsis buku yang berkaitan dengan keyword "hidup sederhana dan bahagia" ternyata lebih menarik perhatian saya. Sering kali bacaan tersebut membuka pikiran saya seperti "sadar ga sadar hidup itu butuh diam dan rileks meskipun sebentar". Atau seperti kalimat di bukunya Adjie Silarus, "Akar dari banyak masalah yang kita hadapi adalah ketidakmampuan kita untuk sadar penuh - hadir utuh, lalu melepaskan dan merelakan pergi". Nasehat-nasehat yang ada di buku-buku sejenis itu mampu mengubah pola pikir saya yang biasanya menganggap hidup itu serba cepat dan kalau lambat bisa ketinggalan orang lain, sekarang sudah mulai berubah.

Otak diibaratkan sama seperti mobil yang jika dipakai terus menerus, maka mesinnya akan cepat rusak. Harus ada waktu yang dihabiskan untuk beristirahat dan merawat mesinnya. Waktu yang dihabiskan maksudnya itu tidak sama dengan membuang waktu lho, karena otak juga punya hak untuk istirahat dari memikirkan banyak hal. Supaya semuanya seimbang lagi, kita butuh diam sejenak. Supaya masalah yang sedang dihadapi bisa selesai karena kita tenang. 

Tulisan ini dan postingan-postingan berikutnya mungkin banyak dipengaruhi oleh bacaan-bacaan saya saat berlama-lama di deretan buku self-improvement itu di mana nasihat-nasihatnya sanggup meyakinkan saya bahwa hidup itu tidak sekedar doing tapi juga being. Kebanyakan doing bikin kita cepat lelah dengan semuanya, jadi jangan lupa lakukanlah being yang mana bisa diartikan seperti berdiam diri, melepaskan pikiran buruk, fokus kepada jiwa yang tenang, dan bersyukur kepada sang Pencipta. Adjie Silarus dalam bukunya Sadar Penuh Hadir Utuh mengatakan "Hidup tidak hanya dipenuhi dengan perjalanan ke luar diri, tapi juga ke dalam diri". Kalau sudah seimbang antara doing dan being, maka hidupmu akan terasa bahagia. Try it. 

Komentar

  1. Dulu tu bang, awak kalau ada kesempatan ke mall pasti singgah ke toko buku untuk lihat buku di rak Psikologi dan ala-ala "hidup sukses", "hidup bahagia" dan sejenisnya.. Beli, baca, tersentuh sedikit, kemudian malas melakukan hal-hal tersebut.

    makin kesini, ternyata buku agama lebih menyejukkan hati.. wkwkwkw

    *dilempar nasi padang*

    BalasHapus
  2. usia emang gak bisa bohong ya.. *ngikik di balik rak-rak komik*

    BalasHapus
  3. Kalau aku, makin kesini sukanya buku traveling karena kecintaan terhadap dunia traveling semakin besar ahaha..

    -Traveler Paruh Waktu

    BalasHapus

Posting Komentar

silahkan dikomen.... jelek2 jg gpp...
ga marah kok, paling gue jampi2 ntar malamnya...
hahahaha...

Postingan populer dari blog ini

Tentang Malam di Pekan Budaya Sumatera Barat part. I

Tujuh dan Sembuh

Pengalaman Latsar tapi Tidak Rasa Latsar