Mempertanyakan Hak
Apakah boleh seorang manusia rendah mempertanyakan hak yang paling mendasar kepada penguasa ketika kewajibannya sudah lengkap? Meski terkadang tidak semuanya sempurna, tapi yang jelas hampir semuanya selesai sebagaimana adanya. Pertanyaan bodoh, jawabnya. Terserah dia mau kapan memberikan hak itu kepadamu, namanya saja penguasa. Lagi pula belum tentu semua yang dikerjakan diterima. Kamu saja tidak pernah membaca detail apa yang menjadi pantangan & kemestian kan?! Hanya kulit luarnya saja, akui saja apa susahnya? Benar, aku mengakuinya. Namun aku belum pernah lagi menikmati hal itu sejak lima tahun terakhir, jadi bolehkah? Sang Penguasa sepertinya tertawa datar mendengar pertanyaan bodoh itu lagi. Aku menghembuskan napas berat ke sekian kalinya yang membuatku siuman dan bermenung. Ini memang belum saatnya, ibarat tanggal main yang masih jauh dari kata tulat dan tubin. Apa yang harus dilakukan? Sejatinya tidak ada. Daya upaya sudah, bermohon sudah, tinggal tunggu tanggal mainnya dat
kakfer sekarang postingannya dalem dalem yaa..
BalasHapusyang ini aku susah banget ngerti makanya apa nih
atau akunya yang bego ya..
Ah aul masa ga ngerti sih... :))
HapusWaw... Beda beut ya gaya postingan nya Ferdi. Perasaan maren2 masih a be ge banged. Hihihihi.
BalasHapusAku kira ini tweet yg di import ke blog. Hihihi
Karena postingannya pendek doang ya, mbak? Hahaha...
Hapus