Di Balik Layar

Hidup berpindah dari satu fase ke fase berikutnya. Dari semua fase yang sudah terjadi, sepertinya sekarang adalah fase yang beratnya seperti menhir pada zaman Megalitikum. Tidur yang harusnya cukup menjadi kurang karena banyak hal berlarian dalam kepala padahal mestinya rehat. Sepertinya semua orang yang lebih tua pernah melewati fase ini ya. Apa saja kegiatan yang mereka lakukan sampai mereka bertahan hingga sekarang? Gambaran seperti inikah semuanya? Bagi yang tidak berhasil di titik mana mereka berada di momen terakhirnya? Kepala yang sedang kosong ini perlu diisi dengan pelajaran dari orang-orang yang lebih tua yang telah mengupayakan perjuangan hidup mereka. Media daring langganan terakhir memperbarui kontennya pada bulan Juni lalu, apa mereka menyerah? Oh, the struggle is real. Apa yang terjadi di belakang panggung tidak pernah dimunculkan pada khalayak, karena untuk apa juga mereka diberi tahu? Nanti saja jika sudah rilis, begitu kata para sineas. Setelah rilis barulah di balik ...

Memanggil Sunyi

Tidak banyak yang menyukai sunyi dan tidak banyak juga yang menyadari bahwa sunyi itu tidak bisa dilepaskan dari kehidupan. Itulah hidup yang selalu ada dua sisi seperti ramai dan sunyi, bahagia dan sedih, datang dan pergi, penuh dan kosong. Keduanya selalu bergantian hadir di dalam hidup, tidak pernah hadir bersamaan. 

Ketika hidup terasa banyak tekanan, lakukanlah sebentar untuk berhenti. Berhenti untuk memanggil sunyi. Bisa dengan banyak cara, seperti berdoa kepada Yang Maha Pencipta, bermeditasi, atau yang sederhananya menarik dan menghembuskan napas secara sadar utuh. Tekanan yang datang dari luar secara langsung membuat pikiran sempit dan berujung stres. Stres akan menyebabkan pikiran menjadi ramai. Memanggil sunyi adalah seni mengatur stres. 

Jika mampu menyadari bahwa keramaian pikiran itu bisa dihilangkan dengan kesunyian, artinya penawar racun yang ada di pikiran sudah ditemukan. Iya, sesederhana itu bukan?!

Saya sudah melakukannya. Ketika mendapatkan sebuah trigger stres, saya cepat menyadari bahwa saya harus memanggil sunyi. Biasanya yang saya lakukan adalah dengan mengatur napas. Mengambil napas pelan dan lalu menghembuskannya. Jika terasa masih berat, meditasi selalu saya sempatkan sekitar dua sampai tiga menit saja. Selama work from home, sunyi suka saya panggil supaya pikiran jadi rileks di sore hari. 

Kemampuan saya untuk bermeditasi dengan waktu lebih dari 5 menit masih belum bisa saya lakukan. Tapi tak mengapa, karena paling tidak saya bisa masuk ke fase sadar utuh hadir penuh dengan waktu singkat. Pikiran yang lalu-lalang bisa direm ketika napas bisa diatur dengan sadar.

Cara lain untuk memanggil sunyi adalah dengan berjalan kaki di pagi hari. Keluar dari rumah sekitar pukul 05:30-06:00, lalu melangkahlah dengan santai. Udara segar di pagi hari bisa membantu menyejukkan hati dan pikiran. Berjalanlah minimal 30 menit, dan rasakan badan menjadi hangat karena keringat sehat keluar. Cara ini bisa dilakukan sambil mendengarkan musik jika tidak ingin terlalu sunyi. Namun karena kegiatan ini untuk memanggil sunyi, sebaiknya berjalan hanya berjalanlah. Lihat sekelilingmu dan resapi udara pagi yang lewat di wajah dan kulit badanmu. 

Tuhan telah mengatur waktu sedetail itu ya. Pagi - siang - sore - malam. Masing-masing waktu sudah ada kadarnya untuk berkegiatan. Semoga kita bisa terus menyeimbangkan sesuatu di dalam hidup. 


Komentar

Posting Komentar

silahkan dikomen.... jelek2 jg gpp...
ga marah kok, paling gue jampi2 ntar malamnya...
hahahaha...

Postingan populer dari blog ini

Tentang Malam di Pekan Budaya Sumatera Barat part. I

Nenek Siapa Ini?

Mempertanyakan Hak