Di Balik Layar

Hidup berpindah dari satu fase ke fase berikutnya. Dari semua fase yang sudah terjadi, sepertinya sekarang adalah fase yang beratnya seperti menhir pada zaman Megalitikum. Tidur yang harusnya cukup menjadi kurang karena banyak hal berlarian dalam kepala padahal mestinya rehat. Sepertinya semua orang yang lebih tua pernah melewati fase ini ya. Apa saja kegiatan yang mereka lakukan sampai mereka bertahan hingga sekarang? Gambaran seperti inikah semuanya? Bagi yang tidak berhasil di titik mana mereka berada di momen terakhirnya? Kepala yang sedang kosong ini perlu diisi dengan pelajaran dari orang-orang yang lebih tua yang telah mengupayakan perjuangan hidup mereka. Media daring langganan terakhir memperbarui kontennya pada bulan Juni lalu, apa mereka menyerah? Oh, the struggle is real. Apa yang terjadi di belakang panggung tidak pernah dimunculkan pada khalayak, karena untuk apa juga mereka diberi tahu? Nanti saja jika sudah rilis, begitu kata para sineas. Setelah rilis barulah di balik ...

Orang Tua Kedua


Aku pikir aku akan terus mengagumi sosok guru. Guru apa saja:  guru SD, guru SMP, guru SMA, dosen ketika aku kuliah di perguruan tinggi, sampai guru kehidupan yaitu seorang ibu.

Menjadi seorang guru tidaklah mudah, aku telah mencobanya. Serius. Mengajar di kelas yang isinya berbagai watak manusia itu tidak gampang lho. Adakalanya salah satu siswa ingin diperhatikan, di waktu yang bersamaan ada siswa yang tingkahnya seperti kesetanan, alias tidak bisa diam, maunya ngomong terus. Aku jadi teringat praktek mengajar dulu di salah satu SMK di kota Padang. Sebuah pengalaman yang sangat berharga dapat merasakan langsung apa yang dirasakan guru saat mengajar di kelas. Membuat mereka mengerti dengan apa yang kita ajari di depan kelas adalah kepuasan tersendiri yang tidak ternilai. Puncaknya, mendapat karangan bunga dari beberapa siswa menjadi momen yang tak terlupakan bagiku saat masih praktek mengajar dulu. Mereka berterima kasih karena telah menjadi guru praktek yang easy going, tidak kaku saat mengajar, dan tidak gampang marah. Aku masih menyimpan bunga pemberian mereka itu di rumah. Terima kasih siswa-siswaku.

Aku jadi ingat ketika peringatan hari guru sewaktu SMA, hari di mana semuanya memberikan rewards kepada guru wali kelas dan guru lainnya. Ada yang memberi bunga, menyanyikan lagu paduan suara di depan lapangan upacara. Benar-benar menjadi hari yang mengharukan karena semua guru pantas diberi sebuah penghargaan. Karena guru adalah pahlawan super yang menjadi salah satu tonggak berdirinya sebuah Negara yang sukses di mata dunia.

gambar dari: http://goo.gl/4rBwg
Berdasarkan Education Development Index (EDI) pendidikan di Indonesia berada di posisi 69 dari 127 negara, (dikutip dari portal berita Okezone 24 Oktober 2012: okezone), mencengangkan ya… Walaupun indeks pendidikan kita masih tertinggal dari negara tetangga seperti Malaysia (65) dan Brunei Darussalam (34), aku percaya suatu saat negara kita pasti bisa melesat naik mengalahkan negara-negara tersebut. Buktinya, negara kita sudah banyak mencetak prestasi di mata dunia dari bidang akademis. Sebut saja Christa (15 tahun, medali perak)  dan Natasha (15 tahun, medali perunggu) yang berhasil mencetak prestasi di dunia pada European Girls Mathematical Olympiad (EGMO) 2012 di Murray Edwards College, Inggris (10-16/4/2012) (dikutip dari: detik). Dan yang baru-baru ini, bulan September lalu, tim Olimpiade Komputer Indonesia 2012 berhasil mempersembahkan medali perak dan tiga medali perunggu dalam ajang International Olympiad in Informatics (IOI) ke-24 di Milan, Italia (dikutip dari: kompas). Tentunya berkat kerja keras anak-anak bangsa tersebut dan dukungan Pemerintah, di balik kesuksesan mereka, ada sosok pelatih/guru mereka yang telah berhasil melatih mereka sampai bisa mencetak prestasi di mata dunia. Siapa yang tidak bangga menjadi guru yang menghasilkan para siswa yang berprestasi? J

Aku juga salut pada guru-guru di pedalaman Indonesia di mana saja. Mereka tidak pernah mengeluh untuk mengajar walaupun dengan fasilitas yang tidak memadai. Sering kita dengar pula di berita tentang gaji guru di pedalaman yang kurang dari cukup, tapi mereka tetap melakukan kegiatan mencerdaskan anak bangsa dengan ikhlas. Mengajar berhitung, membaca, menulis, bernyanyi, bahkan menjadi orang tua kedua dengan sepenuh hati.

gambar dari: http://goo.gl/Le3s6

Semoga guru-guru di Indonesia tetap menjadi inspirasi banyak orang dan bisa terus mencetak anak bangsa yang berprestasi. Oh iya, semoga Pemerintah kita memberikan perhatian lebih, khususnya terhadap guru di desa, dan melengkapi fasilitas di sekolah-sekolah pedalaman sehingga pendidikan di Indonesia bisa tersebar secara merata. Amin. Terima kasih guruku, terima kasih telah menjadi bagian dari proses pencerdasan warga negara, dengan penuh dedikasi dan pengorbanan, rewards sebesar-besarnya sangat pantas kau dapatkan. We love you :’)

Komentar

  1. wuidih.. blognya kreen.. cetar.. :D

    BalasHapus
  2. Seneng ya Fer jadi seorang guru? hehehe. Ada kepuasan batin yang gak bisa diungkapkan ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Mitaaa.... Apa kabar? :D
      Iyah, kepuasannya itu beda dari yang lain2... :D

      Hapus
    2. Baik, alhamdulillah Fer. Kamu keren, masih ngeblog terus ^^ jadi pengen nge-blog lagi :D

      Hapus
    3. Ga terus2an ngeblog sih, mbak... Bulan kemaren malah absen ngeblog. :))

      Hapus
  3. Jadi ingat jaman2 saya masih mahasiswa, saya juga jadi guru di beberapa tempat ngajar matematika, bahasa Inggris dan Bahasa Jepang. Kadang kangen juga pengen ngajar..... emang ngajar itu menyenangkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bang Cipu ngajar bahasa Jepang? Eh aku diajarin donk... :D

      Hapus
  4. Welcome to the club, Pak guru...
    Jadi guru memang menyenangkan, sekali mencoba ga mau lari ke profesi lain.. hehehe.

    BalasHapus
  5. blognya keren sob....
    oya . ne mau nanya... situ lahirnya 3 februari tahun brpa??? nama sto hampir mirif sama ane.. dan tgl lahirnya pun sama dengan ane..

    BalasHapus
  6. artikel yang menarik...
    salam kenal dan semoga sukses.

    BalasHapus
  7. Waks pak gurunya ganteng hahaha..

    Semangat ya, susah kalo jadi guru/dosen, saya kalo diminta jd guru kayanya ga sanggup karena musti sabar menghadapi orang-orang dgn watak yg bermacam-macam :|

    BalasHapus
  8. maju terus pendidikan indonesia

    BalasHapus

Posting Komentar

silahkan dikomen.... jelek2 jg gpp...
ga marah kok, paling gue jampi2 ntar malamnya...
hahahaha...

Postingan populer dari blog ini

Tentang Malam di Pekan Budaya Sumatera Barat part. I

Nenek Siapa Ini?

Mempertanyakan Hak