Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2019

Di Balik Layar

Hidup berpindah dari satu fase ke fase berikutnya. Dari semua fase yang sudah terjadi, sepertinya sekarang adalah fase yang beratnya seperti menhir pada zaman Megalitikum. Tidur yang harusnya cukup menjadi kurang karena banyak hal berlarian dalam kepala padahal mestinya rehat. Sepertinya semua orang yang lebih tua pernah melewati fase ini ya. Apa saja kegiatan yang mereka lakukan sampai mereka bertahan hingga sekarang? Gambaran seperti inikah semuanya? Bagi yang tidak berhasil di titik mana mereka berada di momen terakhirnya? Kepala yang sedang kosong ini perlu diisi dengan pelajaran dari orang-orang yang lebih tua yang telah mengupayakan perjuangan hidup mereka. Media daring langganan terakhir memperbarui kontennya pada bulan Juni lalu, apa mereka menyerah? Oh, the struggle is real. Apa yang terjadi di belakang panggung tidak pernah dimunculkan pada khalayak, karena untuk apa juga mereka diberi tahu? Nanti saja jika sudah rilis, begitu kata para sineas. Setelah rilis barulah di balik ...

Hadiah

Gambar
Saya kadang suka lupa kalau abis kerja keras yang bahkan makan waktu seminggu atau parahnya sebulan, jadi ga sempat main atau relaksasi barang sehari. Kesibukan seminggu biasanya saya ganti dengan tidur seharian di hari Sabtu dan Minggu, cukup kayaknya bikin badan jadi rileks. Namun kenyataannya tidur seharian juga bikin pusing, pemirsa. Tidak keluar rumah juga bikin saya ngerasa aneh. Baca buku udah, nonton serial TV, atau dengerin musik juga udah. Apalagi kalau udah beresin rumah sampai bersih, tapi badan masih pengen bergerak hahaha… Akhirnya hari ini kepikiran mau ke tempat makan enak yang ruangannya santai dengan udara yang masih segar. Yep, I have a place.  Terakhir ke sana sekitar 6-8 bulan yang lalu. Kayaknya tepat untuk kembali ke sana lagi. Saya segera mandi dan siap-siap berangkat dengan KRL yang berjarak tiga stasiun dari rumah. Setelah turun stasiun, agak jalan dikit ke titik penjemputan Gojek, akhirnya sampai juga di tujuan. Selamat memberi hadiah buat diri sendiri,...

Sewajarnya Hidup

Sampai malam itu deretan kata merayap empat kali tanpa terdengar karena sudah masuki gerbang lain. Merekalah yang sebenarnya ditunggu dan yang diharap. Senang di awal saat kedua bola hitam terbuka dan bertemu baca dengannya, sedih di tengah, kosong di penutup. Sampai bertemu kemudian merayap empat kali keluar, sekiranya benar itu akan terjadi mungkin atau namun sudah berbeda harap. Endank Soekamti pun berbisik tentang hal terbit akan tenggelam, hal pasang akan surut, dan hei! Dua pihak sudah melunak melepas. Sahabat-sahabat baik punya masukan tentang sewajarnya hidup yaitu hal-hal ini: habiskan sewajarnya, puaskan sewajarnya, genggam sewajarnya. Bersyukur? Diperbanyak. Senyum rindu untuk semua.

Bulevar

KBBI daring menuliskan arti kata bulevar adalah sebagai jalan raya yang lebar, yang biasanya dengan deretan pohon di kiri-kanannya. Boulevard asal katanya dari Prancis, seperti terdengar mewah ya kalau langsung diambil dari bahasa tersebut. Dan ternyata di bahasa kita sendiri disebut dengan adimarga. Saya baru tau nih, hehehe. Alhamdulillah nambah lagi kosakata baru. Namun, bukan kata secara harfiah tersebut yang akan saya bahas di postingan kali ini. Ngomong-ngomong soal jalanan, saya tipe orang yang senang memperhatikan jalanan serta isinya ketika sedang jalan kaki, bawa motor atau nyetir mobil. Sesekali saya mengeluarkan ponsel untuk memotret sekilas sesuatu yang bagi saya menarik untuk diabadikan. Misalnya para pasukan oranye yang sedang nyebur di got untuk membersihkan sampah supaya aliran got kembali lancar, atau trotoar yang dipenuhi dengan pedagang kaki lima yang tetap menjadi favorit karyawan kantoran saat makan siang, atau dokar yang sedang melintas di bulevar dengan pe...

Bernapas Melepas

Gambar
Kita sedang berada di era modern dan digital, di mana orang-orang berlomba menjadi pusat perhatian secara sengaja, dan biasanya tidak mereka sadari. Saya, kamu, mereka, tanpa sadar (mau ga mau) menjadi korban percepatan arus digital. Apa tandanya? Kita dengan senang hati membagi rutinitas plus berbagai informasi ke media sosial milik kita. Keinginan untuk dilihat, dikomentari, di- like , di- share ke orang lain menjadi tujuan utama ketika main media sosial. Begitu juga dengan orang lain yang akunnya kita follow . Seratus? Dua ratus? Atau lebih dari lima ratus following ? Setiap detik pasti ada update -an dari mereka di media sosial. Kita dengan sukarela berbagi informasi kehidupan di timeline, dan juga dengan sukarela "menelan" informasi tersebut ke otak kita. Akhirnya, isi kepala kita per hari akan penuh dengan hal-hal yang tidak penting dan ga jarang membuat jenuh.  Itulah yang saya rasakan selama dua bulan terakhir. Dimulai ketika beberapa masalah terjadi di kehidup...