Tujuh dan Sembuh

Stasiun Gambir

Gesekan jari mungil di bilangan pusat saat itu memberikan sinyal hijau, namun yang dilihat ternyata bukan. Salah ambil jadwal bisa jadi penyebabnya, karena lupa bahwa pengalaman mengajari betul tentang gegabah yang tidak akan pernah membuahkan karya yang maha. Kedua dan ketiga dalam tujuh hari kalender mencatat kalau ini sebuah rekor baru untuk beradu syair. Kilat tapi nikmat. Tidak pernah terpikir sebelumnya Pesta Rakyat menjadi rute baru dan menyenangkan. Tiga kali sore memesan tujuan ke sebelah material-material mahal, dan itu menjadikan histori teratas di pelindung hijau. Senyum dan malam yang panjang. Kilat tapi tersimpan. 

Stasiun Bandung

Pengetik laporan ingin semuanya tidak berujung, berbanding terbalik dengan sang penerima yang justru punya tanda baca henti. Tidak bisa bilang tidak, akhirnya sunyi datang bersama senyap di ruangan itu. Soal lubuk hati tidak ada yang tahu berapa dalamnya, tapi bisa dipastikan sebesar apa kesukaan juru ketik pada laporan yang diasuhnya. Tradisi pil lima tahap ditelan lagi sebagai penanda simpul telah terurai. Maafkan diri, lalu terima dan kasih lagi kepada diri. Semesta menyetujui untuk pergi ke 173 km dan pindah tidur ke depan alun-alun yang ramai dengan teriakan orang-orang dan juga pasar malam. Lagu-lagu dan air hangat merasuk ke dalam folder ingatan. Gita ada di urutan suporter paling atas.

Komentar

  1. Jadi berapa lama di Bandung Fer? Kita sudah lama banget tak bersua ya

    BalasHapus

Posting Komentar

silahkan dikomen.... jelek2 jg gpp...
ga marah kok, paling gue jampi2 ntar malamnya...
hahahaha...

Postingan populer dari blog ini

Tentang Malam di Pekan Budaya Sumatera Barat part. I

Bijak Batas

Fenomena Remaja Nongkrong di Sudirman - Dukuh Atas