Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2023

Mempertanyakan Hak

Apakah boleh seorang manusia rendah mempertanyakan hak yang paling mendasar kepada penguasa ketika kewajibannya sudah lengkap? Meski terkadang tidak semuanya sempurna, tapi yang jelas hampir semuanya selesai sebagaimana adanya. Pertanyaan bodoh, jawabnya. Terserah dia mau kapan memberikan hak itu kepadamu, namanya saja penguasa. Lagi pula belum tentu semua yang dikerjakan diterima. Kamu saja tidak pernah membaca detail apa yang menjadi pantangan & kemestian kan?! Hanya kulit luarnya saja, akui saja apa susahnya?  Benar, aku mengakuinya. Namun aku belum pernah lagi menikmati hal itu sejak lima tahun terakhir, jadi bolehkah? Sang Penguasa sepertinya tertawa datar mendengar pertanyaan bodoh itu lagi. Aku menghembuskan napas berat ke sekian kalinya yang membuatku siuman dan bermenung. Ini memang belum saatnya, ibarat tanggal main yang masih jauh dari kata tulat dan tubin. Apa yang harus dilakukan? Sejatinya tidak ada. Daya upaya sudah, bermohon sudah, tinggal tunggu tanggal mainnya dat

Bijak Batas

Lupa bahwa ada rambu-rambu yang harus dilihat. Selain tanpa alat penjelas, saat itu hujan pun semakin deras yang membuat keinginan pulang semakin kuat. Faktornya tidak satu, tapi begitulah runutnya di mana pada akhirnya masuk ke ruas yang berlubang dan berilusi. Para kurcaci saling beradu menyadarkan tapi sang tuan masih percaya bahwa air bening pasti akan kering seiring waktu. Hitungan satu lembar lebih sedikit sudah memperlihatkan batas-batas yang membawa ke ingatan pada rambu. Makhluk sekitar tertawa melihat konsep yang direvisi secepat telapak tangan berkeringat saat upacara. Bijaknya sang batas berhasil dibawa untuk catatan baru. Tidak masalah karena lubang pada ruas tersebut bisa dipanjat hanya dengan dua anak tangga. Buku putih yang ternyata berada di kolong peraduan ikut memantau dan menjaga kewarasan. Makhluk sekitar ikut tertawa lagi, dan kebodohan itu bertemu bijak saat refleksi. Batas mewaraskan.