Bijak Batas
Lupa bahwa ada rambu-rambu yang harus dilihat. Selain tanpa alat penjelas, saat itu hujan pun semakin deras yang membuat keinginan pulang semakin kuat. Faktornya tidak satu, tapi begitulah runutnya di mana pada akhirnya masuk ke ruas yang berlubang dan berilusi. Para kurcaci saling beradu menyadarkan tapi sang tuan masih percaya bahwa air bening pasti akan kering seiring waktu. Hitungan satu lembar lebih sedikit sudah memperlihatkan batas-batas yang membawa ke ingatan pada rambu. Makhluk sekitar tertawa melihat konsep yang direvisi secepat telapak tangan berkeringat saat upacara. Bijaknya sang batas berhasil dibawa untuk catatan baru. Tidak masalah karena lubang pada ruas tersebut bisa dipanjat hanya dengan dua anak tangga. Buku putih yang ternyata berada di kolong peraduan ikut memantau dan menjaga kewarasan. Makhluk sekitar ikut tertawa lagi, dan kebodohan itu bertemu bijak saat refleksi. Batas mewaraskan.
Komentar
Posting Komentar
silahkan dikomen.... jelek2 jg gpp...
ga marah kok, paling gue jampi2 ntar malamnya...
hahahaha...