Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2018

Mempertanyakan Hak

Apakah boleh seorang manusia rendah mempertanyakan hak yang paling mendasar kepada penguasa ketika kewajibannya sudah lengkap? Meski terkadang tidak semuanya sempurna, tapi yang jelas hampir semuanya selesai sebagaimana adanya. Pertanyaan bodoh, jawabnya. Terserah dia mau kapan memberikan hak itu kepadamu, namanya saja penguasa. Lagi pula belum tentu semua yang dikerjakan diterima. Kamu saja tidak pernah membaca detail apa yang menjadi pantangan & kemestian kan?! Hanya kulit luarnya saja, akui saja apa susahnya?  Benar, aku mengakuinya. Namun aku belum pernah lagi menikmati hal itu sejak lima tahun terakhir, jadi bolehkah? Sang Penguasa sepertinya tertawa datar mendengar pertanyaan bodoh itu lagi. Aku menghembuskan napas berat ke sekian kalinya yang membuatku siuman dan bermenung. Ini memang belum saatnya, ibarat tanggal main yang masih jauh dari kata tulat dan tubin. Apa yang harus dilakukan? Sejatinya tidak ada. Daya upaya sudah, bermohon sudah, tinggal tunggu tanggal mainnya dat

Tulus dan Ikhlas

"Saya bantu si mpok itu tulus banget tau, mas. Saya sampe beraniin pinjem ke bos besar duit lima juta trus emas yang saya simpan saya jualin buat nambah bantuan buat si mpok itu" cerita mbak Atik kepada saya. Setiap saya bertemu dengan mbak Atik, dia selalu bercerita tentang dinamika kehidupannya. Mulai dari cerita remeh sampai cerita serius kami saling berbagi pengalaman. Mbak Atik ini adalah beauty therapist  di salah satu salon yang ada di Bintaro, Tangerang Selatan. Dalam setahun saya bertemu dengannya sekali sampai dua kali, tergantung dari seberapa kotornya muka saya, karena pria boleh saja melakukan perawatan muka biar makin kece, haaa! Pada pertemuan kami terakhir, di September lalu, dia bercerita tentang kepulangan orang tua laki-lakinya ke Rahmatullah. Bagaimana dia menumpahkan kesedihannya lewat cerita menjadikan saya terbawa suasana. Siapa yang tidak sedih ketika orang yang disayangi pergi untuk selamanya? Cerita demi cerita mengalir sembari dia melakukan pek